view of Pacet Village

7 November 2011

Siapakah Pengambil Keputusan ??

Beberapa hari yang lalu  saya   membaca “Surat Pembaca” di sebuah Koran, isinya keluhan si penulis ketika berkunjung ke suatu tempat pertemuan di Jakarta.  Penulis bercerita bagaimana sulitnya sebagai pejalan kaki menuju ke pintu gerbang karena akses pejalan kaki ke arah sana ditutup dan jika ingin memotong  jalan harus melalui semak-semak yang diberi palang, sedemikian repotnya apalagi bagi  para ibu yang memakai sepatu ‘high heel'.  Konon alasan yang berwenang menutup akses pejalan kaki adalah untuk mencegah pedagang liar masuk,  tapi.. kenapa pejalan kaki yang harus jadi korban ? 


Saya juga pernah melihat ada jembatan penyeberangan yang kemiringan tangga naik dan turunnya sangat  curam dan berbahaya, bagaimana orang akan nyaman untuk menyeberang ?

Selain itu setiap hari kita bisa melihat  kondisi jalan-jalan di sekitar kita yang tidak ramah bagi para pejalan kaki

Siapakah sang mengambil keputusan yang begitu tega dan sangat merugikan para pejalan kaki ini ??, saya berasumsi bahwa si pengambil keputusan ini tidak pernah bepergian dengan berjalan kaki sehingga tidak pernah merasakan susah dan sengsaranya  pejalan kaki.

Jadi teringat beberapa tahun yang lalu ketika seorang menteri ditanya tentang penderitaan korban bencana  ( yang terjadi pada waktu itu ) dan keputusan/kebijakan yang akan diambil, dengan enteng sang menteri berkata bahwa tidak  usah khawatir dengan para korban bencana toh mereka masih bisa tertawa. .  Mungkin pak menteri tidak pernah mengalami kesusahan ataukah tidak tahu bahwa bagi orang kecil atau orang susah tertawa atau bertukar cerita lucu merupakan salah satu cara untuk sejenak melupakan kepedihan.

Jadi apakah untuk dapat menjadi pengambil keputusan yang bijaksana orang harus merasakan dulu menjadi miskin atau susah ?  Pernah merasakan tentu lebih baik tapi yang paling utama adalah  para pengambil keputusan selain terlebih dahulu  melakukan riset seksama, yang utama ialah  harus punya rasa simpati dan empati kepada mereka sehingga dampaknya  tidak menyengsarakan .

Semoga  ( segera  ) para pengambil keputusan mempunyai rasa itu…..!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar