view of Pacet Village

11 Februari 2022

Cerita Ringan

 Kemarin saya kontrol ke Rumah Sakit, seperti biasa banyak pasien menunggu, banyak yang tidak kebagian tempat duduk karena saat pandemi dudukpun harus berjarak, jadi tidak semua kursi  bisa diduduki karena harus berselang, yang tidak kebagian kursi terpaksa berdiri berjarak pula. Jadi kelihatan ruangan penuh padahal sudah diberlakukan sistim quota pasien.

Di dekat saya ada seorang  bapak sepuh yang kelihatan tidak tenang duduknya ketika menunggu panggilan untuk masuk.

 Seorang perawat ke luar sambil memanggil pasien : "Bapak Markum..." berulang nama itu dipanggil tidak ada yang datang. Orang-orang memandang si bapak yang kelihatan bingung, lalu   terjadilah percakapan:

+ Bapak namanya Markum?

- Apa ? Kata si Bapak sambil memegang kupingnya

+ Itu pak Markum dipanggil.

Kemudian si Bapak sepuh berdiri dan berjalan tapi bukan ke pintu ruangan dokter malah ke pintu arah ke luar. Ramai orang memberitahu bahwa ruangan dokter sebelah sana. Si Bapak berjalan ke arah yang benar, ditanya oleh perawat.

+ Bapak  Markum

Setelah ditanya berulang baru dia menjawab.

- bukan nama saya pak Sabar.

+ Oh berarti salah, silakan bpak menunggu lagi.

Si Bapak sepuh kembali berjalan ke arah pintu ke luar, diberi tahu lagi bahwa itu pintu ke luar dan diminta duduk lagi.

Si Bapak kembali sambil berkata pelan: "Saya mencari orang yang tadi antar saya, karena tanpa dia saya tidak bisa mendengar". Rupanya si Bapak dari tadi mencari pengantarnya.

Mendengar itu, semua terdiam sambil memandang si Bapak dengan pikiran dan perasaan masing-masing antara kasihan,  trenyuh dan tersenyum lucu.

Kalau kalian ada di situ apa yang dirasakan melihat kejadian ini?

*Pesan moral: jangan membiarkan/meninggalkan orangtua yang sudah kurang pendengarannya di tengah keramaian.





10 Februari 2022

Solidaritas di masa Pandemi

 Pandemi kali  ini memang luarbiasa.

Pertama kali terdengar di Indonesia tentang wabah covid ini di awal tahun 2020. Terdengar kabar di China ada wabah covid yang mematikan dan gampang sekali menular. Kala itu kita masih merasa tenang malah dengan jumawa mengatakan covid itu tidak akan mempan pada orang indonesia,  orang Indonesia kebal terhadap bermacam penyakit karena gaya hidupnya yang terbiasa dekat dengan 'sumber penyakit'.

Ternyata setelah beberapa orang terpapar dan akhirnya menyebar tak tertahan. Sampai kini hampir 2 tahun pandemi ini belum juga usai.

Walaupun berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, korban makin banyak jatuh. Tak terhitung berapa tenaga kesehatan yang berjuang di garda depan menjadi korban, awalnya banyak orang lanjut usia yg rawan terpapar tapi kini virus itu menyerang berbagai usia dari mulai bayi sampai orang tua yang sudah renta.

Dengan semakin banyak korban, Rumah sakit kewalahan menerima pasien, UGD penuh membludak tidak dapat menampung pasien dengan layak. Jadi pasien yang tidak bergejala atau dengan gejala ringan disarankan untuk ISOMAN ( Isolasi Mandiri) di rumah atau di tempat khusus untuk ISOMAN.




Masalahnya jika harus isolasi semua penghuni rumah, tidak ada yg bisa beraktivitas ke luar rumah untuk kebutuhan sehari-hari, atau orang yang tidak mampu mengurus sendiri tempat atau lainnya.

Alhamdulillah ternyata disaat-saat seperti ini muncul orang-orang yang baik hati, yang dengan tulus membantu tetangga, teman  ataupun orang-orang yang tidak kenal sama sekali.

Ketika ada warga terpapar di kompleks temptat saya tinggal yang harus Isoman, secara sukareka ibu- ibu tetangga memberi bantuan makanan setiap hari, awalnya secara pribadi masing- masing memberi bantuan, tetapi ketika  setiap hari yang terpapar bertambah, sehingga komplek saya menjadi zona merah,  dengan cepat bantuan berubah menjadi lebih teratur ada team yang mengolah bantuan lebih efektif dan sistematis. Setiap hari ada team konsumsi yang memberi  bantuan kepada para warga yang sedang Isoman, berupa makanan siap saji, buah²an maupun vitamin dan suplemen. Semua terkoordinir dengan baik. Saya yakin di tempat lainpun banyak terjadi hal seperti ini.

Sayapun membaca ada orang yang rela menggunakan rumah besarnya yang mau dijual, sementara dipakai dulu untuk tempat ISOMAN bagi warga. Ada juga orang yang menyewa rumah untuk ISOMAN anak-anak kost yang terlantar karena jauh dari orangtua dan tidak diizinkan isolasi di tempat kost nya.

Sungguh terharu melihat kejadian-kejadian ini. Ternyata masih banyak orang baik yang toleransi nya sangat tinggi di masa pandemi yang membuat banyak orang susah dan sedih.

Masih banyak orang baik di sekitar kita. Toleransi dan saling membantu dalam keadaan sulit sekalipun.

Di balik kesusahan pasti ada kemudahan.  

Semoga




* Ini postingan yg tertunda, ga sadar cmn di save bukannya dipublish. Harusnya realese bln Juli 2021.