view of Pacet Village

6 April 2011

riview buku

Ranah 3 Warna (Buku #2 dari Trilogi Negeri 5 Menara) Ranah 3 Warna 
by Ahmad Fuadi


Ranah 3 Warna merupakan kelanjutan dari buku Negeri 5 Menara. Kisah Alif setelah menyelesaikan pendidikannya dari Pondok Madani.

Dimulai dengan kecemasan dan kegelisahan Alif yang ingin meraih impiannya dengan mengikuti test Sipenmaru untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi sesuai dengan cita-cita dari dulu, ia ingin seperti Habibie dan kuliah di ITB. Ternyata Ijazah PM tidak sama dengan ijazah SMA berarti dia tidak bisa mengikuti test Sipenmaru kecuali dia ikut ujian persamaan lebih dulu.

Keinginan Alif untuk menjadi mahasiswa harus diupayakan dengan segala daya , walaupun banyak rintangan tapi upaya yang sungguh-sungguh didukung oleh ayah dan amaknya membuahkan hasil walaupun akhirnya tidak bisa persis dengan yang ia cita-citakan karena dia harus merubah tempat kuliah dan jurusan yang dipilih. Saat perjuangan dari mulai persiapan ikut ujian persamaan dan tes sipenmaru disertai dukungan keluarga dan kedekatan dengan sang ayah kadang lucu tapi sangat mengharukan,  mungkin bisa membuat pembaca teringat dan merindukan ayah masing-masing .



Dilanjutkan dengan perjuangan Alif ketika hidup dan kuliah di Jurusan Hubungan Internasional  UNPAD Bandung, bertemu dengan teman baru yang kelak menjadi teman seperjuangannya :  Agam, Wira , Memet, juga Raisa perempuan yang sangat menarik hatinya, dan bagaimana pasang surut hubungan dengan teman sekampungnya Randai. Randai adalah   teman sejak kecil di kampung yang kadang suka meremehkan Alif dan membanggakan diri sendiri tapi ternyata Randai lah yang banyak  membantu nya ketika di Bandung, ketika Alif  membutuhkan tempat kost, dikala sakit atau ketika membutuhkan biaya hidup setelah ayahnya meninggal. Hubungan mereka memburuk ketika terjadi insiden komputer Randai rusak, Randai yang sedang emosi mengeluarkan kata yang kurang enak ( bisa dimengerti sebagai ‘anak muda’ mahasiswa ketika tersentak dari tidur mengetahui tugas yang dikerjakan susah payah sampai dia tidak tidur dan dikejar deadline -lenyap seketika sehingga terancam tidak lulus mata kuliah itu ). - Hal ini mengingatkan kita unutk barhati-hati dalam soal pinjam meminjam:
Bahwa meminjam itu lebih berbahaya daripada meminta. Begitu kita meminta, apapun obyeknya, pasti telah diputuskan untuk diberikan oleh yang punya. Semua terang benderang. Ada ijab dan kabul. Ada yang ikhlas memberi dan ada yang ikhlas menerima. Tapi ketika sesuatu dalam status dipinjam, tidak ada kata putus di sana. Mungkin selalu ada benih konflik yang ikut tertanam bersama meminjam. Dia bisa beracun dan laten.  (hal.172 )
 
Kisah Alif berlanjut dengan segala usaha dan doa yang tidak pernah putus untuk melanjutkan kuliah; bagaimana Alif beupaya keras untuk belajar menulis kepada bang Tagor, kemudian dirampok ketika sedang berjualan, sampai akhirnya dia  mendapat kesempatan untuk ikut program pertukaran pemuda ke Canada.

Ada bagian-bagian yang agak membosankan ketika membaca bagian selanjutnya ( tapi yang membosankan lebih sedikit dari buku pertama N5M), untung masih ada cerita yang mebuat tertawa misalnya ketika membayangkan Franc dengan logat Quebec nyanyi lagu Sunda “Euis’, juga ketika Alif & Rusdi  (temannya peserta pertukaran pelajar ) harus menyanyi  lipsync agar tidak merusak nada lagu yang dinyanyikan bersama.

Untunglah kelanjutan hubungan Alif dan Raisa seperti itu (baca sendiri) kalau tidak hanya akan seperti akhir kisah lain yang endingnya seperti dipaksakan.

Ada hal-hal yang bisa diambil sebagai hikmah dari R3W ini tapi mudah-mudahan saja cerita selanjutnya bisa dipertahankan tidak terjebak menjadi novel dakwah yang berlebihan.

Man Shabara zhafira - siapa yang bersabar akan beruntung

Jarak antara sungguh-sungguh dan sukses hanya bisa diisi dengan sabar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar