Tidak dapat dipungkiri dalam berkomunikasi bahasa merupakan suatu hal yang teramat penting. Pengguna bahasa harus lah memahami betul apa makna yang diucapkan jangan sampai membuat pengertian yang ambigu karena akan mengakibatkan kesalahpahaman diantara keduabelah pihak. Komunikasi akan lebih baik jika kedua belah pihak ( komunikator dan komunikan ) atau yang sedang berbincang-bincang mempunyai kesamaan ‘bahasa’.
Orang-orang yang merasa satu ‘kelompok’ baik dari segi umur atau pergaulan mempunyai ‘istilah/bahasa’ yang hanya dimengerti oleh kelompok mereka saja.Tak jarang satu kata atau kalimat direkayasa; diperhalus agar tidak mendapat reaksi keras atau dibolak balik letak hurufnya, bahkan dimanipulasi agar tidak dimengerti oleh orang di luar kelompoknya.
Orang-orang yang merasa satu ‘kelompok’ baik dari segi umur atau pergaulan mempunyai ‘istilah/bahasa’ yang hanya dimengerti oleh kelompok mereka saja.Tak jarang satu kata atau kalimat direkayasa; diperhalus agar tidak mendapat reaksi keras atau dibolak balik letak hurufnya, bahkan dimanipulasi agar tidak dimengerti oleh orang di luar kelompoknya.
Misalnya kaum waria mempunyai bahasa khusus diantara mereka; ada pula bahasa ‘gaul’ yang pernah ngetrend pada masanya; dan yang lumayan menghebohkan beberapa waktu yang lalu adalah bahasa alay, yang unik alay ini mempunya bahasa sendiri tidak hanya bahasa lisan tetapi juga bahasa tulisan yang jika dibaca dibaca oleh orang di luar kelompoknya apalagi yang berumur jauh di atas mereka akan membuat mata berkunang-kunang karena pusing :D.
Selain bahasa khusus ada juga bahasa yang diperhalus (eufemisme) misalnya : ditangkap jadi ‘diamankan’, harga yang dinaikan menjadi ‘disesuaikan’, dll.
Dan yang teranyar, sedang hangat-hangatnya ramai dibicarakan diberbagai media adalah bahasa khusus para ‘elite’ politik untuk memanipulasi arti kata yang sebenarnya , yaitu istilah ‘Apel Washington’, ‘Apel Malang’, ‘Pelumas’, ‘Ketua besar’ dan ‘Boss besar’ :D
Dolar |
Rupiah |
Bisa jadi sipemakai merasa kalau kata asli yang dipakai akan terasa terlalu kasar, yang pasti tidak ingin diketahui maksudnya karena mereka tahu bahwa perbuatan yang dilakukan itu salah ! …jadi.. tahu malu juga ya mereka :D
Padahal jika tahu bahwa perbuatannya salah tapi tetap dilakukan berarti ..ter..la..lu..
( niru gaya bang Rhoma he..he )
Jadi bila punya kelompok yang ingin terlihat eksklusif silakan membuat bahasa khusus tapi jangan sampai yang dilakukan merugikan masyarakat seperti yang dilakukan orang-orang ‘terhormat’ yang ‘ ( tak ) tahu malu’ itu….:(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar